Senin, 29 November 2010

Soto Bebek Surabaya

Bosan dengan Soto ayam, tidak salahnya mencoba menu baru lainnya. Mungkin soto bebek bisa menjadi menu baru yang wajib untuk disantap.
Jika belum dan penasaran, datang saja ke Sentra Kuliner Indrapura di Jalan Indrapura, Surabaya. Dari puluhan stan yang ada, langsung saja menuju ke Soto Bebek Kwek yang dikelola pasutri Muafi dan Sufriyah.

Soto bebek ini dihidangkan terpisah dalam 3 wadah. Sebuah mangkuk berisi soto, sebuah piring berisi lontong dan sebuah cobek berisi jeruk nipis dan irisan cabai. Dari penampilannya, soto bebek tersebut sekilas mirip dengan kare kuahnya keruh berwarna oranye, berbeda dengan kuah soto kebanyakan yang berwarna kuning bening.

Setelah disantap, hmmmmm...perasaan amis dan alot dari daging bebek akan sirna seketika. Dagingnya sungguh empuk dan sama sekali tidak ada rasa amis. Bumbu rempahnya sungguh segar menyeruak di
dinding mulut.

Rasa pedas dari irisan cabe sangat halus dan sungguh nikmat, merata mengimbangi gurihnya kaldu soto. Lontong di piring pasti akan tandas dalam sekejap. Sesuai tradisi, lontong memang direkomendasikan disantap bersama soto bebek, tentunya selain nasi yang juga disediakan. Satu porsi soto bebek dihargai Rp 10 ribu. Jika ingin menambah jeroan, tambah juga uang Rp 7.500.

Muafi sedikit berbagi rahasia resep soto bebeknya. Secara umum, bumbu soto bebek sama seperti soto pada umumnya. Yang membedakan adalah kaldunya. Kaldu itu sendiri merupakan resep turun temurun dari nenek dari pihak keluarga istrinya, Sufriyah. Resep tersebut sempat mati 15 tahun sebelum dihidupkan kembali oleh Sufriyah. Dahulu, di Bangkalan, Madura, nenek Sufriyah sempat membuka warung soto bebek.

Karena tidak ada yang melanjutkan usaha tersebut ditambah usia nenek yang sudah lanjut, maka warung tersebut tutup. Melihat ada peluang usaha, Muafi langsung menyewa sebuah stand di sentra Kuliner Indrapura.

Bersama istrinya,bapak 3 anak itu mencoba menghidupkan kembali soto bebek. Menurut survei yang dilakukan Muafi, belum ada soto bebek di Surabaya, bahkan Jatim. Jikapun ada, resep dan bumbunya pasti berbeda.

"Ini dulu resep dari nenek istri saya. Sekarang saya lanjutkan lagi," ungkapnya saat berbincang dengan detiksurabaya.com, Senin (25/10/2010). (iwd/wln)

Sumber : Imam Wahyudiyanta - detikSurabaya

Lihat juga:
Dim Sum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar